Hafizd Mukti Ahmad, CNN Indonesia
Senin, 05/12/2016 09:14 WIB
Jakarta, CNN Indonesia
--
Aksi Damai 212 mendapat pujian. Meski diawali tensi
politik yang tinggi, namun aksi pamungkas 212 adalah pembuktian bahwa
dorongan umat Islam untuk bersama jauh lebih besar dari pada sekedar isu
'receh' Pilkada Jakarta dan segala dinamikanya.
Jumlah umat
Islam yang hadir dalam aksi masif di jantung ibukota itu kini menjadi
perdebatan. Terjadi saling klaim jumlah, mulai dari ratusan ribu, dua
juta orang, tiga juta orang, bahkan ada yang menyebut tujuh juta orang
berkumpul saat itu, Jumat 2 Desember 2016.
Tidak untuk memberikan
tendensi apapun, terlebih soal politik, kepercayaan atau unsur SARA,
apalagi kasus hukum yang dituntut dalam #Aksi212. Penjabaran ini murni
sebagai hitungan matematis yang bisa dipelajari dengan mudah dengan
teknologi informasi saat ini.
Periset yang dikutip dari
Livescience.com mengungkap, bagaimana menghitung estimasi jumlah orang
yang berkumpul dalam sebuah acara besar di luar ruang, seperti kampanye
politik, keagamaan seperti ibadah haji, atau orang-orang yang melihat
pesta kembang api.
Memang ada pihak swasta yang dibayar untuk melakukan penghitungan secara profesional.
Ada beberapa metode, mulai dari pemindai laser, satelit, foto udara, sistem grid 3D,
video footage,
dan balon pengintai yang biasanya diterbangkan antara 120 hingga 240
meter ke udara. Hal itu mampu menghitung estimasi kepadatan yang
berdampak pada hitungan keselamatan jiwa mereka yang berkumpul, yang
dihitung dari luas area.
Profesor Ilmu Pengetahuan tentang Kerumunan/Massa dari Universitas
Metropolitan Manchester Dr. G. Keith Still memberikan panduan terkait
batas keamanan dalam kerumunan, yaitu dua orang per meter persegi, dan
untuk antrean adalah empat orang per meter persegi.
Lebih dari
itu, maka sangat berisiko terhadap keselamatan. Lima orang per meter
persegi adalah batas individu bisa berdiri dan memungkinkan terganggunya
jarak pandang.
Sementara enam orang per meter persegi dalam kondisi berdiri termasuk dalam kategori kepadatan yang berbahaya.
Melakukan
estimasi penghitungan massa dalam jumlah besar di suatu tempat mudah,
tapi yang membuatnya sulit adalah massa yang terpencar dan mengetahui
seberapa dekat massa dalam parimeter sebuah acara. Apakah mereka datang
untuk agenda itu atau untuk alasan lain.
Sebelum menghitung
estimasi jumlah umat dalam #Aksi212, setidaknya ada 10 konsentrasi massa
terbesar yang tercatat dalam sejarah modern dunia. Pertama, ibadah 12
tahunan Kumbh Mela pada 2013. Sebanyak 30 juta umat Hindu mendatangi
Uttar Pradesh di utara India.
Kedua, festival Arbaeen di Iraq
pada 2014 yang dihadiri sekitar 17 juta orang. Posisi tiga adalah agenda
pemakaman CN Annadural di India yang diperkirakan dihadiri 15 juta
orang.
Berturut-turut keempat dan selanjutnya, pemakaman
Ayatollah Khomeini di Iran pada 1989 dihadiri 10 juta orang; penyambutan
Paus di Manila, Filipina, pada 2015 disaksikan 6 juta orang; World
Youth Day juga di Filipina dalam rangka menyambut kedatangan Paus John
Paul II pada 1995; pemakaman Gamal Abdul Nassser pada 1970 dihadiri 5
juta orang; konser Rod Stewart di Brazil pada 1994.
Kesembilan
adalah ibadah Haji 2012 di Mekkah yang diestimasi mencapai 3 juta orang
dan ke-10, parade Anti Perang 2003 di Roma yang menolak invasi Amerika
Serikat atas Irak hadiri nyaris 3 juta orang.
Game NumbersLalu
bagaimana dengan #Aksi212? Memang tidak ada pihak yang secara
profesional menghitung jumlah umat muslim yang ikut dalam aksi super
damai yang diakhiri salat Jumat itu.
CNNIndonesia.com mencoba menghitungnya dengan melakukan estimasi menggunakan teknologi sederhana.
Penghitungan
dilakukan lewat situs www.mapdevelopers.com yang memberikan layanan
pemetaan di seluruh dunia secara daring. Cukup dengan mengetik tempat
seperti ’Monas' atau 'Monumen Nasional', Anda bisa melihat 2D dari sudut
mata burung keberadaan Monas, termasuk taman, jalan, dan melakukan
'blocking' atas area yang hendak dihitung luasnya secara langsung, meski
tidak secara detail.
Pemetaan yang dilakukan adalah area
#Aksi212 yang dipakai salat Jumat, di luar taman. Karena patut mendapat
pujian, #Aksi212 kali ini tak ada satupun taman yang rusak, bahkan
nyaris tidak menyisakan serakan sampah seusai ibadah salat Jumat
selesai.
Kawasan Monas menjadi sentral. Dari kawasan itu ke
Bundaran Thamrin dan Patung Kuda ke arah Silang Barat Daya memiliki luas
sekitar 78.700 meter persegi, ditambah wilayah Bundaran Thamrin-Budi
Kemuliaan-Thamrin hingga perempatan Kebon Sirih-Medan Merdeka Selatan
hingga Kedubes AS luasnya berkisar 38.000 meter persegi.
Dua arah
jalan Silang Monas Tenggara sekitar 14.800 meter persegi, Silang Monas
Barat Laut di angka 19.200 meter persegi dan Medan Merdeka Utara seluas
kira-kira 10.600 meter persegi.
Di Silang Monas Timur Laut - Jalan Titian Indah - Medan Merdeka Timur berkisar 12.200 meter persegi.
Terakhir,
area jalan sepanjang Medan Merdeka Timur - Gambir - sebagian Kebon
Sirih - Tugu Tani termasuk yang mengarah Senen dan Menteng berkisar
32.300 meter persegi. Jumlah dari seluruh luas tersebut mencapai 205.800
meter persegi yang disebut sebagai estimasi okupasi #Aksi212.
Jika
massa berdiri dengan tingkat densitas empat orang per meter persegi,
maka paling sedikit #Aksi212 dihadiri 823.200 orang, maksimal lima orang
per meter yang membuat massa berada di kisaran angka 1.029.000 orang.
#Aksi212
adalah aksi yang dilakukan dengan posisi badan duduk dan melakukan
aktivitas salat Jumat. Dengan hitungan rata-rata luas posisi untuk salat
setiap orang adalah 1x0,5 meter persegi—ukuran sajadah kebanyakan—maka
area seluas 205.800 meter persegi mampu menampung kurang lebih 411.600
orang.
Jika massa sangat padat dengan okupasi per orang untuk
salat Jumat 0,75x0,5 meter persegi, maka akan menampung kurang lebih 550
ribu umat dan masih cukup relevan dengan penambahan 50 ribu hingga 100
ribu orang yang tersebar di parimeter pusat #Aksi212.
Penghitungan
ini bukan untuk menjawab perdebatan soal jumlah massa #aksi212. Tetapi
setidaknya, ada perhitungan matematika yang logis yang mungkin saja
dapat diterima semua pihak lantaran didukung teknologi.
(rdk)