Senin, 05 Desember 2016

Menghitung Jumlah Peserta #Aksi212 di Jantung Jakarta

, CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi Damai 212 mendapat pujian. Meski diawali tensi politik yang tinggi, namun aksi pamungkas 212 adalah pembuktian bahwa dorongan umat Islam untuk bersama jauh lebih besar dari pada sekedar isu 'receh' Pilkada Jakarta dan segala dinamikanya.

Jumlah umat Islam yang hadir dalam aksi masif di jantung ibukota itu kini menjadi perdebatan. Terjadi saling klaim jumlah, mulai dari ratusan ribu, dua juta orang, tiga juta orang, bahkan ada yang menyebut tujuh juta orang berkumpul saat itu, Jumat 2 Desember 2016.

Tidak untuk memberikan tendensi apapun, terlebih soal politik, kepercayaan atau unsur SARA, apalagi kasus hukum yang dituntut dalam #Aksi212. Penjabaran ini murni sebagai hitungan matematis yang bisa dipelajari dengan mudah dengan teknologi informasi saat ini.

Periset yang dikutip dari Livescience.com mengungkap, bagaimana menghitung estimasi jumlah orang yang berkumpul dalam sebuah acara besar di luar ruang, seperti kampanye politik, keagamaan seperti ibadah haji, atau orang-orang yang melihat pesta kembang api.

Memang ada pihak swasta yang dibayar untuk melakukan penghitungan secara profesional.

Ada beberapa metode, mulai dari pemindai laser, satelit, foto udara, sistem grid 3D, video footage, dan balon pengintai yang biasanya diterbangkan antara 120 hingga 240 meter ke udara. Hal itu mampu menghitung estimasi kepadatan yang berdampak pada hitungan keselamatan jiwa mereka yang berkumpul, yang dihitung dari luas area.

Profesor Ilmu Pengetahuan tentang Kerumunan/Massa dari Universitas Metropolitan Manchester Dr. G. Keith Still memberikan panduan terkait batas keamanan dalam kerumunan, yaitu dua orang per meter persegi, dan untuk antrean adalah empat orang per meter persegi.

Lebih dari itu, maka sangat berisiko terhadap keselamatan. Lima orang per meter persegi adalah batas individu bisa berdiri dan memungkinkan terganggunya jarak pandang.

Sementara enam orang per meter persegi dalam kondisi berdiri termasuk dalam kategori kepadatan yang berbahaya.

Melakukan estimasi penghitungan massa dalam jumlah besar di suatu tempat mudah, tapi yang membuatnya sulit adalah massa yang terpencar dan mengetahui seberapa dekat massa dalam parimeter sebuah acara. Apakah mereka datang untuk agenda itu atau untuk alasan lain.

Sebelum menghitung estimasi jumlah umat dalam #Aksi212, setidaknya ada 10 konsentrasi massa terbesar yang tercatat dalam sejarah modern dunia. Pertama, ibadah 12 tahunan Kumbh Mela pada 2013. Sebanyak 30 juta umat Hindu mendatangi Uttar Pradesh di utara India.

Kedua, festival Arbaeen di Iraq pada 2014 yang dihadiri sekitar 17 juta orang. Posisi tiga adalah agenda pemakaman CN Annadural di India yang diperkirakan dihadiri 15 juta orang.

Berturut-turut keempat dan selanjutnya, pemakaman Ayatollah Khomeini di Iran pada 1989 dihadiri 10 juta orang; penyambutan Paus di Manila, Filipina, pada 2015 disaksikan 6 juta orang; World Youth Day juga di Filipina dalam rangka menyambut kedatangan Paus John Paul II pada 1995; pemakaman Gamal Abdul Nassser pada 1970 dihadiri 5 juta orang; konser Rod Stewart di Brazil pada 1994.

Kesembilan adalah ibadah Haji 2012 di Mekkah yang diestimasi mencapai 3 juta orang dan ke-10, parade Anti Perang 2003 di Roma yang menolak invasi Amerika Serikat atas Irak hadiri nyaris 3 juta orang.

Game Numbers

Lalu bagaimana dengan #Aksi212? Memang tidak ada pihak yang secara profesional menghitung jumlah umat muslim yang ikut dalam aksi super damai yang diakhiri salat Jumat itu.

CNNIndonesia.com mencoba menghitungnya dengan melakukan estimasi menggunakan teknologi sederhana.

Penghitungan dilakukan lewat situs www.mapdevelopers.com yang memberikan layanan pemetaan di seluruh dunia secara daring. Cukup dengan mengetik tempat seperti ’Monas' atau 'Monumen Nasional', Anda bisa melihat 2D dari sudut mata burung keberadaan Monas, termasuk taman, jalan, dan melakukan 'blocking' atas area yang hendak dihitung luasnya secara langsung, meski tidak secara detail.

Pemetaan yang dilakukan adalah area #Aksi212 yang dipakai salat Jumat, di luar taman. Karena patut mendapat pujian, #Aksi212 kali ini tak ada satupun taman yang rusak, bahkan nyaris tidak menyisakan serakan sampah seusai ibadah salat Jumat selesai.

Kawasan Monas menjadi sentral. Dari kawasan itu ke Bundaran Thamrin dan Patung Kuda ke arah Silang Barat Daya memiliki luas sekitar 78.700 meter persegi, ditambah wilayah Bundaran Thamrin-Budi Kemuliaan-Thamrin hingga perempatan Kebon Sirih-Medan Merdeka Selatan hingga Kedubes AS luasnya berkisar 38.000 meter persegi.

Dua arah jalan Silang Monas Tenggara sekitar 14.800 meter persegi, Silang Monas Barat Laut di angka 19.200 meter persegi dan Medan Merdeka Utara seluas kira-kira 10.600 meter persegi.

Di Silang Monas Timur Laut - Jalan Titian Indah - Medan Merdeka Timur berkisar 12.200 meter persegi.

Terakhir, area jalan sepanjang Medan Merdeka Timur - Gambir - sebagian Kebon Sirih - Tugu Tani termasuk yang mengarah Senen dan Menteng berkisar 32.300 meter persegi. Jumlah dari seluruh luas tersebut mencapai 205.800 meter persegi yang disebut sebagai estimasi okupasi #Aksi212.

Jika massa berdiri dengan tingkat densitas empat orang per meter persegi, maka paling sedikit #Aksi212 dihadiri 823.200 orang, maksimal lima orang per meter yang membuat massa berada di kisaran angka 1.029.000 orang.

#Aksi212 adalah aksi yang dilakukan dengan posisi badan duduk dan melakukan aktivitas salat Jumat. Dengan hitungan rata-rata luas posisi untuk salat setiap orang adalah 1x0,5 meter persegi—ukuran sajadah kebanyakan—maka area seluas 205.800 meter persegi mampu menampung kurang lebih 411.600 orang.

Jika massa sangat padat dengan okupasi per orang untuk salat Jumat 0,75x0,5 meter persegi, maka akan menampung kurang lebih 550 ribu umat dan masih cukup relevan dengan penambahan 50 ribu hingga 100 ribu orang yang tersebar di parimeter pusat #Aksi212.

Penghitungan ini bukan untuk menjawab perdebatan soal jumlah massa #aksi212. Tetapi setidaknya, ada perhitungan matematika yang logis yang mungkin saja dapat diterima semua pihak lantaran didukung teknologi. (rdk)

Minggu, 04 Desember 2016

Prabowo Resmi Kembali Diusung di Pilpres 2019

Senin, 5 Desember 2016 - 10:37 WIB
 http://batampos.co.id/2016/12/05/prabowo-resmi-kembali-diusung-pilpres-2019/

batampos.co.id – Organisasi pemuda Partai Gerindra, Tunas Indonesia Raya (Tidar), resmi mengusung kembali Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden untuk Pilpres 2019.
Prabowo Subianto. (foto: jpnn)
Keputusan ini disampaikan setelah sayap Partai Gerindra itu menggelar kongres di Hotel Singgasana Surabaya, 3-4 Desember.
“Tidak hanya mengusung dan mendukung, tapi juga memenangkan Prabowo Subianto sebagai Presiden periode mendatang,” ujar Ketua Umum Tidar, Aryo Djojohadikusumo, seperti dilansir Rakyat Merdeka, Senin (5/12).
Menurut dia, selaku sayap organisasi, sudah merupakan kewajiban untuk memenangkan calon pemimpin yang diusung partainya.
“Pak Prabowo yang pada Pemilihan Presiden 2014 harus mengakui Joko Widodo sehingga pada 2019 kami harus lebih berusaha bekerja semaksimal mungkin mengantar dan memenangkannya,” ucap anggota Komisi VII DPR tersebut.
Aryo optimistis dengan persiapan yang lebih baik akan mampu bekerja lebih dibandingkan sebelumnya, termasuk sumber daya manusia dan kader yang dimiliki Tidar sebagai organisasi pemuda di bawah naungan Gerindra. (rm/rmol/jpnn)

Sabtu, 03 Desember 2016

Ini Beda Aksi 212 dengan Aksi 412

Oleh: Ignas Iryanto

Pada mulanya sedih karena terkesan aksi dibalas aksi...kekuatan massa dibalas kekuatan massa. Fitnah bertebaran dimana mana seperti posting dari istriku dibawah ini. Karena suatu hal, saya tidak ikut dengan teman teman di parade hari ini.
Namun, ketika ada teman mengirim sms, Ir...apa bedanya parade hari ini dan aksi bela Islam III kemarin di tanggal 212. Saya jawab beda sekali...paling tidak yang saya dengar dan mendapat keterangan dari teman teman yang ikut mengorganisirnya.
Secara prinsip 412 adalah parade kebhinekaan dengan tagline: KITA INDONESIA. Jadi bukan hanya kamu Indonesia...bukan hanya Kami Indonesia...namun KITA SEMUA INDONESIA...dari sabang sampai merauke...agama apapun..suku apapun...partai apapun...organisasi apapun...KITA SEMUA INDONESIA. Itu pesan dari parade 412.
Jika mau dibedakan dengan aksi 212: minimal SAYA BERHARAP agar:
Pertama, 412 tidak ada aksi bela siapapun. Juga tidak bela Ahok..tidak juga bela Jokowi..atau siapapun juga.
Kedua, 412 diikuti oleh siapapun juga yang memahami kebhinekaan ini. Yang turun juga menunjukkan kebhinekaan itu. Dari sudut agama, yang turun pasti mayoritas Muslim, lalu ada Hindu, Budha, Kong Hu chu, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Kristen Ortodox, ada yang sunda wiwitan...ada juga yang kaharingan dari dayak. Juga semua suku bercampur baur disini.
Ketiga, hampir semua yang turun di 412 adalah penduduk DKI. Tidak ada mobilisasi massal dari luar kota, luar daerah, apalagi luar pulau. Katanya ada 30 bus massa HKTI (himpunan kerukunan tani indonesia) dari Ciamis ikut bergabung. Sepertinya itu pengecualian...gak tahu kenapa. Hanya panitia yang tahu. Saya hanya melihat di tanggal 212 itu ada spanduk yang mengatasnamakan petani dengan tuntutan Tangkap dan Penjarakan Ahok....mungkin HKTI Ciamis mau nunjukkkan...kami tidak seperti itu...kami bagian dari Indonesia yang bhineka dan tidak tuntut apapun karena percaya negara akan menjaankan proses hukum atas Ahok secara adil.
Keempat....saya menduga (karena belum terjadi), tidak akan ada teriakan teriakan amarah, kebencian...teriakan tangkap dan penjarakan Habib Rizieq misalnya (walaupun banyak sekali rakyat negeri ini, dalam beberapa kesempatan menyerukan untuk menangkap provokator ini).....semuanya akan damai dan dipenuhi berbagai tarian dari berbagai daerah di 12 panggung yang telah disiapakan oleh panitia. Semoga Tidak akan ada, seruan damai bahkan super damai lalu ditutup dengan teriakan kebencian..tangkap dan penjarakan...semoga tidak akan ada ambigu seperti itu.
Selamat berparade saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air. Hari ini masih di sekitar Thamrin dan Monas. Lain kali kita berparade di seluruh kota di negeri ini....agar seluruh kota negeri ini selalu diingatkan bahwa KITA INDONESIA ADALAH BHINEKA..walaupun di kota itu dalam konteks agama, mungkin agama X yang mayoritas atau dalam konteks suku mungkin suku Y yang mayoritas. Namun dimanapun kita beridiri..bernafas di negeri ini....KITA INDONESIA YANG MEMANG BHINEKA.

tulisan ini sebelumnya telah dimuat di status facebooknya Pak Ignas Iryanto
https://www.facebook.com/ignas.iryanto/posts/10211625754104517?comment_id=10211627472227469&notif_t=feed_comment_reply&notif_id=1480834712414719

Kamis, 01 Desember 2016

Ini Komentar Prabowo soal Kelanjutan Perkara Ahok di Kejagung


JAKARTA, KOMPAS.com Kejagung sebelumnya telah menyatakan berkas penyidikan Ahok yang dilimpahkan penyidik Bareskrim Polri lengkap atau P21. "Saya anjurkan semua pihak, kita berikan kesempatan sistem hukum kita berjalan. Kita harus beri kesempatan, jangan kita tidak beri kesempatan," kata Prabowo di Jakarta, Kamis (1/12/2016) malam.

Dengan menyerahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum, ia berharap, situasi dan kondisi keamanan dapat berjalan kondusif.
"Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga rasa aman, damai, bagi seluruh rakyat Indonesia," ucapnya.
Berkas perkara Ahok telah lengkap atau P21. Ahok nantinya akan disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
(Baca: Kejagung Nyatakan Berkas Perkara Ahok Sudah Lengkap)
Pada Kamis pagi tadi, Ahok memenuhi panggilan Bareskrim Polri untuk pelimpahan berkas perkara tahap dua ke Kejaksaan Agung.
Kompas TV Penilaian Kejagung soal Tak Ditahannya Ahok

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3307536951900346091#editor/target=post;postID=2929612468689181522

Penulis: Dani Prabowo
Editor : Bayu Galih

Berita_ Tuding SBY Dalang Demo 4 November, Boni Hargens Dilaporkan ke Polisi

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah kader Partai Demokrat melaporkan pengamat politik, Boni Hargens, ke polisi. Boni dilaporkan karena diduga telah menuding Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai auktor intelektualis di balik aksi unjuk rasa pada 4 November 2016.
Ketua Forum Komunikasi Kader Partai Demokrat Seluruh Indonesia, Didi Irawadi Syamsudin, mengatakan, Boni menuduh SBY mendanai aksi unjuk rasa pada 4 November yang berujung ricuh tersebut. Didi menilai, tuduhan Boni tidak berdasar.
"Kami laporkan antara lain fitnah yang dilakukan. Dia menuduh Ketua Umum kami (SBY) itu dalang dari aksi damai 4 November yang mana Saudara Boni Hargens mengatakan bahwa itu hasil dari uang korupsi 10 tahun. Itu tentu fitnah yang sangat keji dan tidak bertanggung jawab," kata Didi seusai membuat laporan polisi di Mapolda Metro Jaya, Kamis (1/12/2016).
Menurut dia, Boni telah menyebarkan berita bohong yang menyebut dana yang dikucurkan untuk massa aksi 4 November berasal dari uang korupsi selama SBY menjabat presiden selama 10 tahun. Didi menyampaikan, Boni menyampaikan hal tersebut di muka publik.
Didi mengatakan, Boni menyampaikan hal tersebut di sebuah acara diskusi publik dan di media sosial.
"Dia mengatakan itu di berbagai forum, antara lain di diskusi pada tanggal 11 November ya, di Cikini. Juga di media sosial, dikatakan demikian ya. Di media sosial, dia mengatakan, aksi damai 4 November itu aksi kotor yang didanai uang korupsi selama 10 tahun gitu ya," kata Didi.
Dia mengungkapkan, akibat perkataan Boni tersebut, para kader Partai Demokrat merasa geram. Untuk itu, ia melaporkan perbuatan tidak menyenangkan itu ke polisi.
"Soal ini adalah tentu hak para kader karena Ketum kami ini adalah simbol partai, kehormatan partai, tentu kami tidak bisa mendiamkan siapa pun pihak yang melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab secara hukum," kata Didi.
Dalam laporan itu, Didi mengaku membawa barang bukti berupa rekaman saat Boni mengatakan tudingan tersebut dalam sebuah acara diskusi publik dan bukti screenshot dari media online yang memuat pernyataan Boni.
Boni dituduh melanggar Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 310 KUHP dan atau Pasal 27 ayat 3 jo Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/01/18443351/tuding.sby.dalang.demo.4.november.boni.hargens.dilaporkan.ke.polisi
Penulis: Akhdi Martin Pratama
Editor : Egidius Patnistik

Selasa, 19 Januari 2016

Ekbis_Sol Sepatu Demi Biayai Anak Sekolah

Sol Sepatu Demi Biayai Anak Sekolah

MENGHARAPKAN anak-anak memiliki kehidupan yang lebih baik, merupakan dambaan semua orangtua. Karena itu, apapun dilakukan demi dan atas nama masa depan kehidupan anak-anak. Tak terkecuali yang dilakoni Safrudin Yusuf.  Walau hanya berkiprah sebagai seorang tukang sol sepatu, Safrudin tetap memiliki optimsitis bahwa untuk kebaikan anak-anaknya, pendidikan merupakan salah satu jalan terbaik .“Jadi saya tekuni pekerjaan ini supaya anak-anak saya bisa sekolah dan masa depannya menjadi lebih baik dari saya,” cerita Safrudin kepada VN, Rabu (20/8).

Pria sederhana itu telah menekuni pekerjaannya sejak tahun 1992. Semuanya berawal ketika gempa meluluhlantakkan Pulau Flores termasuk Kota Ende, tempat tinggal Safrudin bersama keluarganya. Pilihan untuk menjadi tukang sol sepatu karena pekerjaan itulah yang bisa dilakukan dirinya.
Apalagi, pekerjaan sebagai tukang sol sepatu tidak membutuhkan modal yang terlampau besar.
 
Hanya mengandalkan, jarum jahit, lem, dan benang, pekerjaan tersebut sudah bisa dilaksanakan. Bagi Safrudin, tidak ada pekerjaan yang buruk, asalkan dikerjakan dengan hati dan niat yang tulus.
Bapak lima orang anak itu kemudian bercerita, dirinya memulai pekerjaannya tepat pukul 07.00 Wita. Untuk itu, Safrudin harus berjalan kaki dari kediamannya di Jalan Perwira RT 04/RW 03, Kota Ende ke tempat mangkalnya di Jalan Soekarno-Hatta yang berjarak kurang lebih 1,5 kilometer. Safrudin memilih mangkal di Jalan Soekarno karena jalur tersebut sangat ramai dikunjungi oleh warga masyarakat.

Biasanya, setiap hari dirinya bisa mereperasi sepatu rusak milik pengguna jasanya hingga lima pasang. Dengan tarif Rp 10 ribu, dalam sehari Safrudin bisa mengantongi uang Rp 50 ribu. Namun, dikala menjelang musim tahun ajaran baru, Safrudin mengaku bisa memperbaiki enam sampai tujuh pasang sepatu rusak.

Selain untuk kebutuhan sehari-hari, uang hasil sol sepatu disisihkan untuk biayai pendidikan anak-anaknya. Walau terlihat sedikit, tapi dengan pola hidup hemat, Safrudin masih mampu menyekolahkan empat orang anaknya di bangku SMA, SMP, dan SD. “Pendidikan itu sangat penting bagi anak-anak. Jadi orangtua wajib memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya,” kata Safrudin.
Diakhir percakapan dengan VN, Safrudin menitipkan pesan supaya Pemerintah Kabupaten Ende dapat memodali dirinya untuk membeli keperluan usahanya yang dari sisi bisnis tidak memberi keuntungan besar. “Paling tidak modal yang diberikan bisa bantu-bantu usaha saya saat ini,” harap Safrudin. (tommy nulangi/R-2)

Berita_Kecamatan Tana Rea Dimekarkan 2018

Kecamatan Tana Rea Dimekarkan 2018

SEBANYAK 10 Desa yang ada wilayah adat Tana Rea telah menyatakan kesiapannya ingin memekarkan diri menjadi Kecamatan Tana Rea. Pemekaran Tanah Rea menjadi Kecamatan dari Kecamatan induk Nangapanda, akan direalisasikan pada tahun 2018. Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ende Antonius Yohanes Bata dalam dialog bersama para kepala desa dan tokoh masyarakat dari sepuluh desa tersebut di aula SMP Negeri 5 Orakeri, Sabtu (5/12).

Dijelaskannya, Tana Rea belum dapat dimekarkan menjadi kecamatan baru dalam waktu dekat. Hal itu lanjutnya, mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pemekaran Kecamatan.  Menurutnya, dalam PP tersebut mengamanatkan, untuk membentuk sebuah kecamatan baru minimal terdapat 10 Desa yang menyatakan kesediaan untuk membentuk suatu kecamatan.

Desa yang akan digabungkan menjadi kecamatan, juga harus minimal penyelenggaraan pemerintahannya telah berlangsung selama lima tahun. Sedangkan, lima desa yang ada di Tana Rea masih kurang dari lima tahun dipisahkan dari desa induk. Kelima desa tersebut yakni Desa Romarea, Desa Mbobhenga, Desa Timba Zia, Desa Malawaru, dan Desa Tenda Ondo.
“Kelima desa tersebut baru menjadi desa definitif rata-rata tiga tahun,” ujarnya.

Ketua Panitia Pemekaran Tana Rea Laurensius Petu mengatakan, panitia pemekaran kecamatan sementara melengkapi persyaratan, seperti administrasi, wilayah, dan tempat untuk menjadi ibu kota kecamatan. Menurutnya, panitia juga telah menyiapkan lahan sebagai tempat untuk pembangunan kantor kecamatan seluas lima hektare.

Lahan tersebut telah diserahkan oleh Mosa Laki Suku Timu dan telah dibuatkan berita acara. “Lahan yang telah disiapkan oleh panitia itu, dulu kampung lama di Mboa Sa, di Desa Mbobhenga seluas lima hektare,” ujarnya. Dia menambahkan, 10 desa yang berada di wilayah Tana Rea memiliki potensi alam yang menjanjikan.

Hasil komoditi di sepuluh desa tersebut sangat berlimpah seperti kemiri, kakao, dan kopi, serta cengkeh.  Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Ende lainnya Johannes Pela dalam kesempatan itu mengatakan, sebagai wakil rakyat, Komisi I akan memperjuangkan aspirasi masyarakat tersebut. Perjuangan tersebut menurutnya, membutuhkan proses yang lama. “Kita akan memperjuangkan dalam sidang Dewan dan bisa terjawab sekitar tahun 2018 sesuai dengan amanat PP Nomor 19. Jadi bapak ibu jangan cemas kalau pemekaran tahun 2018. Lamban tidak berarti tidak jadi. Pelan tapi pasti,” ujarnya. (tom/R-3)

Berita_Jaksa jangan Permainkan Kasus Korupsi

Jaksa jangan Permainkan Kasus Korupsi


APARAT Kejaksaan Negeri Ende diminta untuk tidak mempermainkan kasus-kasus korupsi. Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang diduga terlibat dalam kasus korupsi, jaksa harus menuntaskan kasus-kasus tersebut.  Penegasan itu dikemukakan Direktur Pusat Kajian dan Advokasi Masyarakat (Pusam) Indonesia Kasimirus Bhara Beri, di Ende, Selasa (9/12).


Kasimirus meminta aparat penegak hukum, khususnya jaksa menuntaskan semua tunggakan kasus korupsi di Kabupaten Ende. Karena, akibat belum tuntasnya tunggakan kasus korupsi yang ditangani oleh kejaksaan sampai dengan saat ini, tidak memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.
“Di hari anti korupsi ini, kalau kita lihat di Kabupaten Ende sepertinya berbalik. Upaya pemberantasan korupsi sepertinya sangat sulit, karena tidak ada semacam niat baik dari aparat penegak hukum khususnya kejaksaan, sehingga belum ada kepastian hukum tetap untuk kasus korupsi,” kata Kasimirus.

Dijelaskannya, aparat kejaksaan dan kepolisian hendaknya menjadi ujung tombak dalam pemberantasan korupsi di Kabupaten Ende. Namun, sepertinya upaya tersebut belum memberikan sinyal baik. “Aparat penegak hukum sepertinya hanya bisa menyediakan peti mati, lalu dikunci rapi-rapi dari luar, tanpa ada upaya penyelesaian lanjutan,” ujarnya.

Menurut Kasimirus, munculnya korupsi mulai dari tidak adanya langkah penghematan yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah. Oleh karena itu, jika secara nasional telah dilakukan upaya penghematan, maka pemerintah daerah harus dapat melakukan upaya penghematan, misalnya belanja untuk kendaraan roda empat dihentikan.

Kemudian juga, perjalanan dinas yang dirasakan tidak penting harus dihentikan. Hal itu dilakukan supaya tidak terjadi lagi kasus semacam SPPD fiktif di Sekretariat Dewan yang merugikan negara miliaran rupiah yang saat ini sedang ditangani oleh pihak kepolisian.

Tunggakan Kasus Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Ende Ery Ariansyah Harahap mengatakan, Kejari Ende masih menunggak sekitar delapan kasus korupsi yang saat ini sedang ditangani. Kedelapan kasus tersebut yakni kasus Dana Bansos pasca bencana alam untuk melakukan rekonstruksi, dan rehabilitasi pasca bencana pada tahun 2012.

Kemudian kasus korupsi Dana Bansos di Kabupaten Ende tahun 2009 sebesar Rp 5 miliar, dan tahun 2010 sebesar Rp 2 miliar. Selain itu, ada kasus korupsi pembelian lahan untuk TPU dan TPA pada tahun 2008, dan 2010 yang merugikan negara miliaran rupiah. Kemudian ada kasus pungli kendaraan DAK di Dinas Perhubungan Kabupaten Ende pada tahun 2009-2014.

Dia menambahkan, pihaknya tetap mengusut tuntas semua tunggakan kasus korupsi tersebut. Menurutnya, butuh proses dan waktu untuk menuntaskan tunggakan kasus korupsi tersebut.  Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Ende Johannes Pela mengatakan, kejaksaan dan kepolisian harus segera menuntaskan segala tunggakan kasus korupsi di Kabupaten Ende.

Menurutnya, upaya preventif seperti melakukan sosialisasi harus segera dilakukan dan menjadi tugas semua elemen masyarakat untuk melakukan pencegahan. Selain itu, khusus untuk pemerintah daerah supaya dalam menetapkan anggaran agar jauh dari aroma korupsi. (R-2)

Jumat, 15 Januari 2016

Cerita_Bela Duren Di Lereng Bukit Kulonprogo



Bela Duren Di Lereng Bukit Kulonprogo

Oleh: Tommy M Nulangi

Kamis, (14/1/2016) saat terbangun dari tidur, saya melihat jam di handphone dan waktu menunjukan pukul 11.30 Wib. Setelah melihat jam, saya sempatkan membaca semua pesan yang masuk  di handphone. Saya membaca semua pesan baik di WA, BBM, Line, dan SMS. Yang menarik ketika saya membaca pesan di grup WA KB PEP-A 2015, ternyata di grup itu teman-teman membicarakan rencana untuk pergi ketempat mas Eko di Kulonprogo. Pembicaraan ini berawal dari teman saya Bung Anom namanya menshare pesan yang disampaikan mas eko ke grup WA kami. Seketika setelah mas Anom shere, teman-teman langsung meresponnya dengan baik.

Memang agenda jalan-jalan ketempat Mas Eko sudah direncanakan jauh sebelumnya. Hanya saja selama ini kami disibukan dengan perkuliahan dan tugas yang minta ampun banyak. Hampir sebulan lebih kami bergulat dengan tugas sehingga otak ini butuh refresing. Kebetulan hari rabu (13/1/2015) kami selesai UAS sehingga teman-teman merencanakan agenda liburan bersama sebelum mereka pulang kampungnya masing-masing. Akhirnya setelah menyimak pembicaraan di grup WA kami sepakat untuk jalan ketempat mas Eko hari itu juga.

Kamipun sepakat supaya berkumpul di depan Kampus UNY tepat pukul 14.00 Wib. Tepat pukul 14.00 Wib saya bergegas ke kampus dan mendapati tiga teman saya yang lebih dahulu menunggu. Mereka adalah Bung Danny, Mba Nissa, dan Mba Icoz. Lama menunggu akhirnya Bung Anom, Bung Bangun, Mba Wenny, Mba Icha, Mba Rita, Mba Ve datang. Namun Mba Unny mengatakan dirinya kemudian menyusul karena harus temani keluargannya yang akan melakukan operasi di rumah sakit. Sedangkan Mas Eko menunggu kami di Godean.

Sekiar pukul 15.30 Wib kami sepakat untuk jalan. Kamipun bergegas ke tempat Mas Eko. Sampai di Godean Mas Eko yang sudah lama menunggu langsung menujukan jalan bagi kami. Dalam perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Pemandangan alam yang sangat asri yang tidak ada duannya. Pemandangan yang indah itu seakan membayar semua kepenatan yang kami alami karena aktifitas perkuliahan. Sajian deretan persawahan dan perbukitan menjadikan perjalanan kami semakin berkesan. 

Di daerah persawahan ini kami istirahat karena ada teman-teman melakukan sholat. Saya dengan teman-teman lain mengabadikan pemandangan itu. Kami berfoto ria. Pada saat itu juga Mba Unny datang. Dia datang sendirian. Mba Unny asli Jogjakarta. Jadi hampir semua daerah disekitar jogja dia tau. Dia adalah sosok cewe yang sangat tangguh dan pemberani. 

****
Setelah melakukan solat, kami melanjutkan perjalanan kami. Jalan berkelok dan menanjak diantara perbukitan Kulonprogo seakan menguji adrenalin bagi siapa saja pengendara yang melewatinya. Memang jalannya menanjak sekali, tapi kalau dibanding dengan kampung saya di Malaara, Ende, Flores, NTT belum ada apa-apa. Disana selain menanjak dan curam, jalan bagaikan kubangan, batu lepas dan masih banyak lagi masalah jalan yang dapat ditemui disana. Meskipun demikian, ternyata teman-teman saya semuanya pemberani. Tidak ada yang takut. Bahkan ada beberapa teman cewek yang dengan santai mengendarai speda motor di tanjakan itu dengan santai. Dalam hati saya mengatakan, sungguh mereka adalah wanita-wanita tangguh. 

Sekitar sejam dalam perjalanan, kamipun tiba dipuncak bukit Kulonprogo. Kami parkir motor disebuah rumah diatas bukit itu karena kami harus berjalan kaki, turun lagi di sebelah bukit tersebut menuju ke rumah Mas Eko. Dalam hati saya berguman, kalau mau bandingkan di kampung saya turun dari Oja ke Malaara, di kulonprogo belum apa-apanya bro. Disana turunnya masih lebih bro.
Untuk menghilangkan rasa cape, kamipun mengabadikan gambar. Biasanya pada sesi ini teman-teman sangat semangat. Karena teman-teman tentu mengeluarkan ekspresi gaya yang dimiliki agar terlihat indah digambar. Biasannya saya menjadi korban kalau pada sesi ini. Korban karena saya tidak ada dalam foto, maklum saya yang pegang kamera. Namun perjalanan kali ini saya tdak mau ketinggalan dalam jepretan kamera. Karena saya berpikir ini adalah kebersamaan yang tidak ada duannya.

Sekitar satu kilo meter lebih kami turun dari bukit itu. Menyusuri lereng bukit Kulonprogo itu. Bukit itu terjal sekali, sehingga kami harus berhati-hati. Dengan kehati-hatian itu, akhirnya kami mendapati rumah Mas Eko. Rumahnya besar sekali. Rumah itu seperti ada dalam film-film tanah air. Rumah itu berdiri kokoh sendiri, dan tidak ada rumah lain disekitar yang mengapitinnya.
Kamipun segera disambut oleh ayah dan ibu serta adiknya Mas Eko. Mereka ramah dan baik sekali. Setelah bersalaman kami duduk dirumah itu sebentar. Kemudian kami keluar dan tidak lupa mengabadikan foto didepan rumah Mas Eko. 

Tidak lama berselang kami disuguhkan dengan minuman teh. Kamipun minum tehnya dan tidak lupa melakukan foto-foto. Kali ini yang menjadi juru kamerannya adalah Mba Unny. Dia cantik sekali. Senyumnya juga manis. Mba Unny orangnya cekatan, lincah, ceria, dan suka blak-blakan. Dia biasannya malu-malu tapi mau. Tapi jangan salah dia juga suka marah-marah. 

Setelah minum teh, kami makan duren. Makan duren adalah tujuan utama kami datang kerumah Mas Eko. Satu persatu duren yang ada dibelah. Saya memang tidak tau cara membela duren, sehingga hanya menjadi penonton. Dengan sigap Bung Danny menjadi orang pertama yang membela duren. Buah berikutnya Mba Icha dan Mas Eko yang membelanya. Setelah durennya dibela kamipun makan. Ternyata duren Kuloprogo enak sekali. Dagingnya tebal dan biji dalamnya kecil. Sekitar lima buah duren yang kami habiskan saat itu.

***
Hari mulai gelap, jam menunjukan pukul 18.00. Kamipun masuk kemali kedalam rumah. Sebagian teman saya melakukan sholat magrib. Selesai solat kami kemudian pamit pulang kepada Ayah, Ibu dan Adik Mas Eko. Kali ini kami harus mendaki lagi jalan tadi. Walaupun malam gelap dan berbekal senter serta semangat kebersamaan akhirnya kami mencapai kembali puncak bukit kuloprogo itu.

Keringat mengalir bagaikan air. Kami terpaksa beristirahat sebentar diatas puncak bukit tersebut. Bersamaan dengan itu, diatas puncak angin seolah-olah tahu apa keinginan kami. Dia berhembus sepoi-sepoi seolah menghapus setiap tetesan keringat ditubuh. Keringatpun mulai mongering. Kami kemudian star motor dan pulang. Tiba di Godean kami makan Bakso bersama disalah satu warung. Hampir setengah jam kamipun melanjutkan perjalanan pulang kerumah dan ke kos kami masing-masing dengan selamat...

Semoga kekompakan ini tetap kita jaga teman-teman. Semoga kedepan kita bias agendakan lagi. Selamat berlibur teman-teman…

Jogjakarta, Kamis 14 Januari 2015

Tommy M Nulangi