3000 Remaja Di Ende Memilih Untuk Kawin Muda
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtra (BKBKS) Kabupaten Ende, sedikitnya ada sekitar 3.000
lebih orang remaja di Kabupaten Ende yang memilih untuk kawin mudah.
Umumnya mereka yang memilih untuk kawin mudah berumur 15-19 tahun,
padahal umur tersebut seharusnya mereka menyelesaikan pendidikan sampai
SMA. Hal itu disampaikan oleh Kepala BKBKS Kabupaten Ende Yeremias Bore
kepada VN diruang kerjannya, Kamis (12/3).
Dia mengatakan, masih banyak para remaja yang memilih untuk menikah
mudah yang belum terdata. Sehingga masih banyak para remaja khususnya
yang berada di desa dan kampung yang memilih menikah mudah. " Kalau di
Kabupaten Ende sendiri ada sekitar 3.000 lebih orang remaja yang memilih
untuk menikah mudah dan itu yang terdapat di kita. Namun masih banyak
lagi para remaja yang memilih menikah mudah tapi belum didata secarai
baik oleh kita khususnya mereka yang ada didesa dan kampung-kampung,"
ujarnya.
Dijelaskannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi para remaja di
Kabupaten Ende memilih untuk menikah mudah. Beberapa faktor tersebut
diantarannya adalah pergaulan bebas. Menurutnya, pergaulan bebas terjadi
ketika orang tua tidak melakukan pengawasan terhadap anak remajanya.
Dengan kurangnya pengawasan para remaja terjebak dengan kebebasan yang
mereka miliki. Selain itu faktor ketidakharmonisan rumah tangga sangat
mempengaruhi para remaja untuk kawin mudah. " KDRT atau perceraian
misalnya, itu sangat mempengaruhi psikologi anak untuk kemudian
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk itu keharmonisan sangat
diperlukan dalam keluarga," ujarnya.
Selain itu lanjutnya, faktor budaya dan ekonomi menjadi pilihan utama
bagi para remaja untuk menikah muda. Menurutnya, budaya masyarakat
Kabupaten Ende yang selalu memprimadonakan anak laki-laki ketimbang anak
perempuan. Akibatnya ketika yang lahir hanya anak perempuan maka
pasangat tersebut pasti akan mencari anak laki-laki. Begitupun dengan
faktor ekonomi, yang mengharuskan anak pasrah akan keadaan. " Dengan
keadaan yang serba susah akan kemudian pasrah dengan keadaan. Begitupun
dengan orang tua yang ingin akannya cepat nikah supaya tidak ada
tanggungan. Jadi faktor ekonomi sangat mempengaruhi para remaja kawin
dini," ujarnya.
Dia menambahkan, para remaja yang memilih untuk menikah mudah sangat
beresiko keselamatan. Sebab dalam program dinas kesehatan seperti
revolusi KIA menyebutkan bahwa remaja yang kawin diusia mudah sangat
beresiko mulai dari proses kehamilan sampai dengan kelahiran. Karena
akan berdampak pada kematian ibu dan anak, apalagi pola asupan gizi yang
kurang. " Jadi para remaja ini kalau dalam revolusi KIA sangat beresiko
karena ketika mereka hamil dan melahirkan akan berdampak kepada
kematian ibu dan anak," ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut tambah Yeremias, BKBK terus
mensosialisasikan program generasi berencana (Genre) dengan pembentukan
pusat informasi dan konseling (PIK). Menurutnya, jumlah PIK yang sudah
terbentuk di Kabupaten Ende sebanyak 49 kelompok yang tersebar edi
sekolah, remaja mesjid, perguruan tinggi, dan SMA. Dalam kelompok
tersebut nantinya diajarkan bagaimana generasi memepersiapkan kehidupan
yang lebih baik untuk masa depan hidupnya. " Jadi kita terus
mensosialisasikan lewat pik soal bagaimana mempersiapkan kehidupan yang
baik kedepannya kepada para remaja," ujarnya.
Tidak Serius
Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Ende Vinsensius Tani ketika dimintai
komentarnya terkait dengan persoalan tersebut mengatakan, remaja
sebanyak 3.000 orang lebih yang memilih untuk kwin mudah merupakan bukti
ketidak seriusan pemerintah dalam menjaga generasi mudah. Dalam
beberapa aspek seperti sosialisasi, peralatan, dan tingkat koordinasi
antara pemerintah dan semua pihak untuk menjaga remaja lanjutnya, masih
sangat lemah. " Kalau ada yang kawin muda itu bukti dari ketidak
seriusan pemerintah dalam menjaga para remaja. Sehingga banyak remaja
terjebak dalam kebebasan mereka sendiri," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah Kabupaten Ende saat ini hanya memikirkan
pembangunan fisik seperti pembangunan infrastruktur. Padahal pembangunan
nonfisik seperti sosialisasi kepada generasi mudah soal generasi
berencana tidak pernah dipikirkan oleh pemerintak. " Yang pemerintah
dipikirkan oleh pemerintah itu hanya pembangunan fisik, sedangkan
pembangunan nonfisik seperti sosialisasi kepada remaja tidak perbah
dipikirkan," ujarnya.
Dia menambahkan, para remaja merupakan generasi penerus bangsa yang
harus dijaga keberadaannya. Sehingga sosialisasi melalui pic harus terus
dilakukan mengingat banyak tawaran yang masuk diera keterbukaan seperti
saat ini. Menurutnya, kedepan alokasi anggaran harus berpihakan kepada
penyelamatan para remaja. Dengan begitu para remaja yang menikah mudah
dapat ditekan. (tom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar