Jumat, 27 Maret 2015

BERITA_3000 Remaja Di Ende Memilih Untuk Kawin Muda

3000 Remaja Di Ende Memilih Untuk Kawin Muda

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtra (BKBKS) Kabupaten Ende, sedikitnya ada sekitar 3.000 lebih orang remaja di Kabupaten Ende yang memilih untuk kawin mudah. Umumnya mereka yang memilih untuk kawin mudah berumur 15-19 tahun, padahal umur tersebut seharusnya mereka menyelesaikan pendidikan sampai SMA. Hal itu disampaikan oleh Kepala BKBKS Kabupaten Ende Yeremias Bore kepada VN diruang kerjannya, Kamis (12/3).

Dia mengatakan, masih banyak para remaja yang memilih untuk menikah mudah yang belum terdata. Sehingga masih banyak para remaja khususnya yang berada di desa dan kampung yang memilih menikah mudah. " Kalau di Kabupaten Ende sendiri ada sekitar 3.000 lebih orang remaja yang memilih untuk menikah mudah dan itu yang terdapat di kita. Namun masih banyak lagi para remaja yang memilih menikah mudah tapi belum didata secarai baik oleh kita khususnya mereka yang ada didesa dan kampung-kampung," ujarnya.

Dijelaskannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi para remaja di Kabupaten Ende memilih untuk menikah mudah. Beberapa faktor tersebut diantarannya adalah pergaulan bebas. Menurutnya, pergaulan bebas terjadi ketika orang tua tidak melakukan pengawasan terhadap anak remajanya. Dengan kurangnya pengawasan para remaja terjebak dengan kebebasan yang mereka miliki. Selain itu faktor ketidakharmonisan rumah tangga sangat mempengaruhi para remaja untuk kawin mudah. " KDRT atau perceraian misalnya, itu sangat mempengaruhi psikologi anak untuk kemudian melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk itu keharmonisan sangat diperlukan dalam keluarga," ujarnya.

Selain itu lanjutnya, faktor budaya dan ekonomi menjadi pilihan utama bagi para remaja untuk menikah muda. Menurutnya, budaya masyarakat Kabupaten Ende yang selalu memprimadonakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Akibatnya ketika yang lahir hanya anak perempuan maka pasangat tersebut pasti akan mencari anak laki-laki. Begitupun dengan faktor ekonomi, yang mengharuskan anak pasrah akan keadaan. " Dengan keadaan yang serba susah akan kemudian pasrah dengan keadaan. Begitupun dengan orang tua yang ingin akannya cepat nikah supaya tidak ada tanggungan. Jadi faktor ekonomi sangat mempengaruhi para remaja kawin dini," ujarnya.

Dia menambahkan, para remaja yang memilih untuk menikah mudah sangat beresiko keselamatan. Sebab dalam program dinas kesehatan seperti revolusi KIA menyebutkan bahwa remaja yang kawin diusia mudah sangat beresiko mulai dari proses kehamilan sampai dengan kelahiran. Karena akan berdampak pada kematian ibu dan anak, apalagi pola asupan gizi yang kurang. " Jadi para remaja ini kalau dalam revolusi KIA sangat beresiko karena ketika mereka hamil dan melahirkan akan berdampak kepada kematian ibu dan anak," ujarnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut tambah Yeremias, BKBK terus mensosialisasikan program generasi berencana (Genre) dengan pembentukan pusat informasi dan konseling (PIK). Menurutnya, jumlah PIK yang sudah terbentuk di Kabupaten Ende sebanyak 49 kelompok yang tersebar edi sekolah, remaja mesjid, perguruan tinggi, dan SMA. Dalam kelompok tersebut nantinya diajarkan bagaimana generasi memepersiapkan kehidupan yang lebih baik untuk masa depan hidupnya. " Jadi kita terus mensosialisasikan lewat pik soal bagaimana mempersiapkan kehidupan yang baik kedepannya kepada para remaja," ujarnya.

Tidak Serius

Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Ende Vinsensius Tani ketika dimintai komentarnya terkait dengan persoalan tersebut mengatakan, remaja sebanyak 3.000 orang lebih yang memilih untuk kwin mudah merupakan bukti ketidak seriusan pemerintah dalam menjaga generasi mudah. Dalam beberapa aspek seperti sosialisasi, peralatan, dan tingkat koordinasi antara pemerintah dan semua pihak untuk menjaga remaja lanjutnya, masih sangat lemah. " Kalau ada yang kawin muda itu bukti dari ketidak seriusan pemerintah dalam menjaga para remaja. Sehingga banyak remaja terjebak dalam kebebasan mereka sendiri," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah Kabupaten Ende saat ini hanya memikirkan pembangunan fisik seperti pembangunan infrastruktur. Padahal pembangunan nonfisik seperti sosialisasi kepada generasi mudah soal generasi berencana tidak pernah dipikirkan oleh pemerintak. " Yang pemerintah dipikirkan oleh pemerintah itu hanya pembangunan fisik, sedangkan pembangunan nonfisik seperti sosialisasi kepada remaja tidak perbah dipikirkan," ujarnya.

Dia menambahkan, para remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus dijaga keberadaannya. Sehingga sosialisasi melalui pic harus terus dilakukan mengingat banyak tawaran yang masuk diera keterbukaan seperti saat ini. Menurutnya, kedepan alokasi anggaran harus berpihakan kepada penyelamatan para remaja. Dengan begitu para remaja yang menikah mudah dapat ditekan. (tom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar