Generasi Mudah Harus Jadi Mediator Budaya
Generasi muda diharapkan dapat menjadi mediator budaya antara budaya
lokal dan budaya modern ditengah derasnya arus globalisasi dewasa ini.
Dengan menjadi mediator budaya, generasi muda bangsa dapat
mempertahaknan jati diri bangsa sehingga tidak tergerus oleh
perkembangan globalisasi. Sebab saat ini malapetaka sedang menghampiri
kaum mudah karena terbukanya informasi yang berlebihan yang sebetulnya
tidak perlu untuk generasi mudah. Hal ini disampaikan oleh Prof.
Stefanus Djawanai, MA dalam diskusi bersama dengan aktivis PMKRI dan HMI
di Margasiswa PMKRI Jalan Wirajaya No 1 Ende, Sabtu (7/6).
Dia mengatakan, sebagai generasi muda bangsa, kaum mudah seharusnya
dapat menerima budaya lokal dan budaya modern. Budaya lokal dan budaya
modern harus dipadukan dengan pengetahuan tradisional masyarakat dan
pengetahuan modern. Dengan perpaduan budaya dan pengetahuan maka
generasi muda dapat membawa bangsa ini kearah yang lebih baik. " Menjadi
mediator budaya, generasdi muda harus memahami budaya sendiri sebagai
sebuah bekal dalam kehidupan karena esensi dari kebudayaan adalah
membuat kehidupan kita lebih baik," ujarnya.
Saat ini lanjut Rektor Universitas Flores, kepedulian sosial generasi
mudah mengalami kesulitan yang begitu besar. Padahal, pengetahuan dan
informasih yang didapat semakin banyak yang dapat menambah pengetahuan.
Namun kepedulian anak mudah terhadap situasi sosial rendah. Lanjutnya,
kenapa kalau pesta misalkan sampai menyusahkan orang lain. " Saya minta
polres jaga kalau pesta wisudah sampai jam 12 saja. Karena kalau sudah
berada diatas jam 12 kita tidak menghargai lagi tetangga dan akan
terjadi perkelahian antar sesama para pemuda," ujarnya.
Dia menambahkan, degradasinya kepekaan sosial generasi muda saat ini
dipengaruhi oleh perkembangan paradigama. Menurutnya ada tiga hal yang
harus ditekankan pada dunia pendidikan kita. Yang pertama adalah
pelatihan, dengan pelatihan maka generasi mudah kita akan mendapatkan
keterampilan. Kedua, adalah pengajaran, dengan pengajaran generasi muda
akan memperoleh pengetahuan. Yang ketiga adalah pendidikan, dengan
adanya pendidikan generasi muda kita mendapatkan kepribadian berdasarkan
budaya kita.
Oleh karena telah terjadi degradasi moral maka harus adanya trobosan
baru yaitu revolusi mental. Dimana revolusi mental tersebut dapat
mengembalikan mental yang senantiasa menjaga kebudayaan.
Cara menjadi mediator budaya bagi generasi muda yakni harus tetap
menjaga kebudayaan tradisional dan budaya modern. Artinya, bagaimana
generasi mudah harus memberikan penghargaan kepada masyarakat atas apa
yang telah diwariskan. Sehingga pada akhirnya nanti budaya tetap
dipertahankan. " Penghargaa dapat berupa tindakan nyata bagaimana kita
melestarikan budaya karena dengan budaya kita dapat mempertahakan jati
diri bangsa,"' ujarnya.
Dalam berdemokrasi, peran kaum mudah sangat diperlukan. Dimana generasi
mudah harus mampu menjadi katalisator demokrasi. Artinya, demokrasi
menurut masyarakat yang saat ini kotor, peran kaum mudah harus dapat
menampik. Generasi mudah harus memberikan pemahaman yang baik tentang
demokrasi dalam masyarakat agar masyarakat dapat berpartisi pasi dalam
pesta demokrasi. " Oleh karenanya penting kita belajar, dengan belajar
kita akan menemukan dan memahami apa itu demokrasi sehingga kita dapat
menularkan kepada masyarakat," ujarnya.
Ketua PMKRI Cabang Ende Adolfus Shagun mengatakan, sebagai generasi
mudah, secara kelembagaan siap untuk menjadi mediator budaya. Sehingga
dengan menjadi seorang mediator maka budaya senantiasa diwarisi
sekalipun dunia semakin terbuka. (tom)
Keterangan; Rektor Universitas Prof. Stefanus Djawanai, MA sedang
berdiskusi dengan para aktivis PMKRI cabang Ende. Gambar diambil, Sabtu
(7/6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar