Selasa, 21 April 2015

BUDAYA_Sambut HANI, Anak Motor Jogjakarta Gelar Aksi Sosial

Generasi Mudah Harus Jadi Mediator Budaya

Generasi muda diharapkan dapat menjadi mediator budaya antara budaya lokal dan budaya modern ditengah derasnya arus globalisasi dewasa ini. Dengan menjadi mediator budaya, generasi muda bangsa dapat mempertahaknan jati diri bangsa sehingga tidak tergerus oleh perkembangan globalisasi. Sebab saat ini malapetaka sedang menghampiri kaum mudah karena terbukanya informasi yang berlebihan yang sebetulnya tidak perlu untuk generasi mudah. Hal ini disampaikan oleh Prof. Stefanus Djawanai, MA dalam diskusi bersama dengan aktivis PMKRI dan HMI di Margasiswa PMKRI Jalan Wirajaya No 1 Ende, Sabtu (7/6).

Dia mengatakan, sebagai generasi muda bangsa, kaum mudah seharusnya dapat menerima budaya lokal dan budaya modern. Budaya lokal dan budaya modern harus dipadukan dengan pengetahuan tradisional masyarakat dan pengetahuan modern. Dengan perpaduan budaya dan pengetahuan maka generasi muda dapat membawa bangsa ini kearah yang lebih baik. " Menjadi mediator budaya, generasdi muda harus memahami budaya sendiri sebagai sebuah bekal dalam kehidupan karena esensi dari kebudayaan adalah membuat kehidupan kita lebih baik," ujarnya.

Saat ini lanjut Rektor Universitas Flores, kepedulian sosial generasi mudah mengalami kesulitan yang begitu besar. Padahal, pengetahuan dan informasih yang didapat semakin banyak yang dapat menambah pengetahuan. Namun kepedulian anak mudah terhadap situasi sosial rendah. Lanjutnya, kenapa kalau pesta misalkan sampai menyusahkan orang lain. " Saya minta polres jaga kalau pesta wisudah sampai jam 12 saja. Karena kalau sudah berada diatas jam 12 kita tidak menghargai lagi tetangga dan akan terjadi perkelahian antar sesama para pemuda," ujarnya.

Dia menambahkan, degradasinya kepekaan sosial generasi muda saat ini dipengaruhi oleh perkembangan paradigama. Menurutnya ada tiga hal yang harus ditekankan pada dunia pendidikan kita. Yang pertama adalah pelatihan, dengan pelatihan maka generasi mudah kita akan mendapatkan keterampilan. Kedua, adalah pengajaran, dengan pengajaran generasi muda akan memperoleh pengetahuan. Yang ketiga adalah pendidikan, dengan adanya pendidikan generasi muda kita mendapatkan kepribadian berdasarkan budaya kita.

Oleh karena telah terjadi degradasi moral maka harus adanya trobosan baru yaitu revolusi mental. Dimana revolusi mental tersebut dapat mengembalikan mental yang senantiasa menjaga kebudayaan.

Cara menjadi mediator budaya bagi generasi muda yakni harus tetap menjaga kebudayaan tradisional dan budaya modern. Artinya, bagaimana generasi mudah harus memberikan penghargaan kepada masyarakat atas apa yang telah diwariskan. Sehingga pada akhirnya nanti budaya tetap dipertahankan. " Penghargaa dapat berupa tindakan nyata bagaimana kita melestarikan budaya karena dengan budaya kita dapat mempertahakan jati diri bangsa,"' ujarnya.

Dalam berdemokrasi, peran kaum mudah sangat diperlukan. Dimana generasi mudah harus mampu menjadi katalisator demokrasi. Artinya, demokrasi menurut masyarakat yang saat ini kotor, peran kaum mudah harus dapat menampik. Generasi mudah harus memberikan pemahaman yang baik tentang demokrasi dalam masyarakat agar masyarakat dapat berpartisi pasi dalam pesta demokrasi. " Oleh karenanya penting kita belajar, dengan belajar kita akan menemukan dan memahami apa itu demokrasi sehingga kita dapat menularkan kepada masyarakat," ujarnya.

Ketua PMKRI Cabang Ende Adolfus Shagun mengatakan, sebagai generasi mudah, secara kelembagaan siap untuk menjadi mediator budaya. Sehingga dengan menjadi seorang mediator maka budaya senantiasa diwarisi sekalipun dunia semakin terbuka. (tom)

Keterangan; Rektor Universitas Prof. Stefanus Djawanai, MA sedang berdiskusi dengan para aktivis PMKRI cabang Ende. Gambar diambil, Sabtu (7/6).
Menampilkan IMG-20140607-01166.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar